Friday, July 25, 2008

REUNI AKBAR 2008

Jakarta, Tiga puluh menit terlambat dari jadwal yang seharusnya… pada hari Jumat 11 Juli 2008 rangkaian KA. Gajahyana yang ditumpangi oleh rombongan AMISA JABODETABEK mulai meninggalkan stasiun Gambir berangkat menuju Malang. Di dalan gerbong excecutive 5, 12 alumni SMANSA, masing-masing : Iwan’69, Nono’69, Lucy’70, Yetty’70, Iskar’70, Samsul’70, Ani’71, Taufik’71, Wisnoe’72, Chichi’73, Dyan’75 dan Indah’90 ikut serta dalam perjalanan itu. Canda tawa dan obrolan khas Malang terdengar nyaring didalam gerbong yang masih terlihat lumayan bagus.... mengiringi selama perjalanan kita kali ini, bekal makanan dan minuman yang dibawa oleh mbak Dyan, mbak Ani, mbak Chichi, mas Nono dan mas Wisnoe sangat berlimpah... sehingga kita sempat bersaing dengan pramugara dan pramugari PJKA yang berusaha menawarkan makanan dan minumannya.
Tanda-tanda bahwa kereta yang kita tumpangi akan tidak tepat waktu tiba di kota Malang telah terlihat sejak di Surakarta.... karena menurut Indah’90 yang sudah sangat sering menggunakan jasa angkutan ini, biasanya sekitar jam 01.00 kereta sudah sampai di Yogya, sementara itu jam ditangan saya sudah menunjukkan pukul 02:00 dan kereta baru sampai di Solo. Tepat pukul 06:00 masuk SMS di HP saya dari dik Dyah Rusminingsih’80 yang memberitahukan bahwa teman-teman di Malang sudah bersiap-siap untuk menjemput kita di stasiun dengan 3 kendaraan dan akan membawa kita-kita ke Graha Prestasi.... di Celaket untuk mandi dan sarapan pagi sebelum nanti membawa kita ke Aula SMANSA guna mengikuti acara ”musyawarah” Reorganisasi Pengurus IKAMISA periode 2008-2012. Tepat pukul 10:00 (terlambat satu setengah jam dari jadwal seharusnya) pada hari Sabtu 12 Juli 2008 kereta yang kita naiki tiba di stasiun kota Malang, dan untuk menyingkat waktu mandi serta makan pagi, maka rombongan kita pecah menjadi dua, separo menuju ke Graha Prestasi Celaket dan separo lagi menuju ke rumah dik Mustokoweni di Jl. Soekarno Hatta. Akhirnya pada pukul 11:30 kita semua sudah bisa berkumpul lagi di Aula SMANSA untuk berpartisipasi dengan teman-teman yang lain.

Suasana di sekolah kita tempo dulu pada hari itu sangat meriah sekali, sebuah bazar yang menjajakan berbagai makanan khas Malang dan beberapa merchandising Reuni Akbar 2008 digelar dihalaman sekolah sementara di aula diselenggarakan hajatan panitia untuk melakukan pemilihan Ketua Umum IKAMISA periode 2008-2012, rombongan dari Jakarta mendapatkan perlakuan yang sangat istimewa.... sederet panitia penerima tamu telah menunggu dengan berjejer rapi, bahkan pak Budijanto sang mantan Wakil Kepala Sekolah yang notabene adalah alumni SMANSA angkatan 1970 menyempatkan diri untuk menjemput kami di jalan masuk ..... menuju aula. Setelah selesai dengan urusan pendaftaran untuk mendapatkan tanda peserta serta tata tertib sidang Ikatan Alumni SMA Negeri 1 Malang, kami langsung masuk ke aula yang sudah terisi lebih dari 50% peserta. Suasana di dalam aula sama sekali tidak menggambarkan suasana sidang, kalau boleh saya bilang malah lebih mirip seperti suasana rapat wali murid tempo dulu kalau mau terima rapor... mereka lebih banyak bicara sendiri, maklum sudah lama tidak saling ketemu... masih ditambah lagi dengan sound system yang ”payah” sehingga apa yang dibicarakan di depan tidak bisa didengarkan, termasuk saya yang duduk di deret kedua... capeeek deeech..!!!

Acara diawali dengan laporan Ketua Panitia Reuni Akbar 2008, sdr. Ir. Dwi Karyono’79, pada saat itu sound system masih lumayan... tapi ya…. itu, para peserta sibuk ngobrol sendiri-sendiri, tapi pada saat sambutan Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Malang, bapak Drs. HM. Sulthon, M.Pd. ini yang paling “payah”… sound system mendengung… dan sangat mengganggu sekali, jadi tidak jelas apa yang dikatakannya, disusul dengan sambutan mantan Ketua IKAMISA yang sudah domisioner bapak Drs. Munawar… sami ugi sami mawon, yang agak menarik adalah acara penyerahan bantuan bea siswa yang disampaikan oleh perwakilan AMISA JABODETABEK (mas Wisnoe’72 dan mbak Mustokoweni’71). Selanjutnya dimulailah acara reorganisasi pengurus IKAMISA periode 2008-2012, dengan pemaparan oleh Steering Committee yang telah ditentukan. Akibat dari sound system yang tidak mendukung dan ditambah dengan kronologis tata cara penetapan calon kandidat yang tidak “transparan” membuat suasana siding menjadi tidak jelas lagi…. sementara panitia menayangkan nama-nama para calon …. kandidat Ketua Umum, mas Wisnoe’72 menyampaikan bahwa dik Lies Luluk Sumiarso’72 tidak bisa hadir, sehingga otomatis pencalonan dirinya menjadi batal, disusul dengan interupsi dari dik Mustokoweni yang memprotes pencalonan dirinya, karena merasa tidak pernah dihubungi sebelumnya, dia merasa kesibukannya di Partai Golkar dalam menghadapi Pemilu 2009 nanti tidak akan memungkinkan dirinya untuk bisa aktif di IKAMISA. Protes dik Mustokoweni ini diterima oleh panitia, tetapi ini malahan mengundang interupsi dan protes dari calon kandidat yang lain, bahwa kalau kandidat yang sudah dicalonkan memang boleh mengundurkan diri…. maka dia juga akan mengundurkan diri. Dalam suasana terjepit oleh situasi yang sudah tidak bisa dikendalikan lagi dan terbatasnya waktu karena hari sudah sangat siang, maka panitia mengusulkan pemilihan dilakukan dengan penunjukkan langsung, dan langsung ditunjuk sdr. Iskandar Zulkarnaen, MM.’80 untuk bersedia jadi ketua. Walaupun sempat ada protes dari mas Wisnoe’72, tetapi akhirnya floor menyetujui dan Iskandar mau menerima penunjukkan dirinya sebagai Ketua IKAMISA periode 2008-2012, acara segera ditutup dan dilanjutkan dengan makan siang bersama, nasi liwet bungkus, pecel lengkap, sate lontong, kontol kambing, es cambur yang dihidangkan secara prasmanan di bagian belakang aula SMANSA.

Malam harinya acara dilanjutkan dengan Malam Temu Kangen yang diselenggarakan di Hall Nawangsari, Hotel Purnama – Batu, acara yang seyogyanya akan dimulai pada jam 19:00 ini molor kurang lebih 1 setengah jam. Pada awalnya acara yang dimulai dengan santap malam bersama, doa pembukaan, cerita-cerita nostalgia para alumni, collosal dance, fashion show dan menyanyi bersama ini tidak banyak diikuti oleh para alumni, tetapi ibarat mesin diesel… semakin malam acara semakin ramai, apalagi setelah panitia memindahkan acara dari Hall keluar gedung untuk menikmati angsle, jagung bakar dan api unggun dengan iringan country band dan pembagian doorprize, untuk yang satu ini kami perlu acungin dua jempol bagi kerja keras panitia. Puncak acara Reuni Akbar diselenggarakan pada hari Minggu 13 Juli 2008 di Hotel Purnama – Batu, dua buah bis diberangkatkan dari alun-alun bunder, satu berisi guru-guru dan satu lagi diperuntukkan untuk para alumni yang sudah sepuh-sepuh atau yang tidak mempunyai kendaraan sendiri. Acara ini berlangsung sangat meriah, diawali dengan berkumpul bersama di Hall Nawangsari berdasarkan kelompok angkatan, foto bersama masing-masing kelompok angkatan, dan dilanjutkan dengan permainan outdoor serta pembagian doorprize yang Sangay berlimpah….

Tidak terasa waktu berjalan dengan cepat sekali… setelah makan siang bersama dan puas bercengkerama dengan teman-teman yang sudah sangat lama tidak pernah berjumpa serta seluruh hadiah sudah terbagikan, maka acara ditutup dengan lagu “Kemesraan” dan “Kapan-Kapan” Selamat tinggal kota Batu - Malang, kenangan indah terukir di lubuk hati yang paling dalam, sampai jumpa pada acara yang sama dilain kesempatan.
Salam dan Sejahtera : Bambang & Lucy Setiawan.

Tuesday, June 17, 2008

Allena Latissha Adhitya

Tangerang, Minggu 08-06-08 jam 12:55 adalah hari, tanggal, bulan, tahun dan jam yang sangat istimewa didalam kehidupan keluarga kami, mengapa…??? Karena pada waktu itu secara serentak kami semua berubah status, anak perempuan dan menantu saya, Cynthia dan Vabi berubah status menjadi bude dan pakde, anak laki-laki saya dan istrinya, Adhitya dan Krist menjadi ayah dan ibu, sementara saya dan nyonya… menjadi eyang kakung dan eyang putri.
Kehadiran si imut Allena Latíssha Adhitya dengan berat 3,28 kg dan tinggi badan 50 cm di RS. Global Medika, Cikokol - Tangerang pada hari minggu siang itu menjadi penyebab dari semuanya ini. Dia memilih waktu yang sangat tepat, sehingga semua keluarga besarnya dapat ikut hadir di rumah sakit dan menunggunya sejak dari bukaan tiga sampai dia lahir.
Kegembiraan tiada tara dan ucapan syukur tidak henti-hentinya kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas seluruh rahmat dan karuniaNya, karena bayi perempuan mungil yang sudah kami bawa jalan-jalan ke Tugu Khatulistiwa-Pontianak, Entikong/Tebedu Perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat, Kuching-Sarawak, Bangkok-Pattaya-Thailand dan Kuala Lumpur-Genting-Malaysia sejak ada di dalam kandungan, kini telah lahir ke dunia dengan selamat tanpa kurang suatu apa.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua teman, dokter, suster, handai taulan dan sanak saudara yang telah menyampaikan selamat serta doa yang tulus atas kelahiran cucu pertama kami ini, senantiasa terus memohon agar kelak di kemudian hari dia akan menjadi anak yang berguna bagi agama, keluarga, bangsa dan negara.
Salam dan Sejahtera : Bambang & Lucy Setiawan.

Monday, June 16, 2008

Dibalik Pagelaran Adipati Sengguruh

Jakarta. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa dalam kehidupan saya, khususnya di usia yang telah senja dan setelah pensiun ini… saya akan berkesenian bersama dengan teman2 yang 40 tahun yang lalu bersama-sama menempuh pendidikan menengah atas di SMANSA Malang. Tidak tanggung2… kali ini saya bermain bersama tokoh2 seni yang telah banyak makan asam garam dan malang melintang di negeri ini, seperti Tessy Srimulat, Nurbuat dan mbak Rochana (istrinya), Kirun, Eko DJ, Kentus Sukmono dan bintang tamu Bella Isriyanto dan Alissya Soebandono.
Bermula dari permintaan Kepala Sekolah SMA Negeri I Malang, bapak Drs. H. Moh. Sulthon, M.Pd. agar bisa membantu sejumlah dana guna membiayai siswa SMAN I Malang yang kurang mampu sebanyak kurang lebih 30 orang sampai mereka bisa menyelesaikan SMA nya, maka beberapa aktifis AMISA (Alumni Mitreka Satata) JABODETABEK yang saat ini dikomandani oleh mas Sonny Soemarsono, AMISA ’70 berembuk untuk menggalang dana.
Upaya ini mendapat sambutan penuh dari dik Hj. Lies Luluk Sumiarso, AMISA ’72 yang saat ini banyak berkiprah dibidang kesenian tradisional rakyat dengan Paguyuban Puspo Budoyonya. Sebagai Ketua Umum Puspo Budoyo, beliau langsung bisa memutuskan untuk menetapkan satu tanggal pagelaran nanti ditanggal 23 Mei 2008….. asalkan para alumni SMAN I Malang mau ikut bermain dan bersama-sama mencari sponsor. Alkisah usaha-usaha untuk merekrut alumni guna mensukseskan agenda tersebut diatas mulai dilakukan sesaat setelah kita selesai menyelenggarakan acara Halal bihalal 1 Syawal 1427 H. AMISA JABODETABEK di Gedung DIKLAT PLN tanggal 24 November 2007 yang lalu. Ternyata usaha ini tidak mudah, berbagai himbauan yang diposting di milist amisa dan Mitreka_Satata tidak banyak mendapat tanggapan sehingga mas Sonny dan mas Wisnoe nyaris frustasi…. sampai tiba saatnya casting pemain harus dilakukan pada akhir bulan Maret 2008, keadaan tetap saja tidak berubah …… alias minimnya partisipasi alumni untuk mau mendukung kegiatan ini….
Saya memang sengaja tidak ikut berpartisipasi, karena sejak awal saya merasa bahwa saya tidak pandai berkesenian, apalagi pada saat casting dilakukan saya sedang bermuhibah dengan teman2 alumni Bandung ke Singapore – Johor Bahru – Sarawak – Brunei – Sabah. Sejak awal saya memutuskan untuk membantu saja nantinya dengan mencarikan sponsor atau menjualkan ticket pertunjukannya, sampai pada suatu saat masuk SMS di HP saya yang berbunyi sebagai berikut : Wan, awakmu isik gelem mbantu golek dana gae adik2 kita ndik Malang tah..? Pemain lanang’e isik kurang akeh, tak tunggu dino minggu di Sanggar Puspo Budoyo – Sonny”. Bunyi SMS ini menggugah jiwa solidaritas saya…. Beberapa minggu saya mencoba mencari alamat Sanggar Puspo Budoyo ini tapi tidak ketemu…, baru pada tanggal 4 Mei 2008 jam 15:00 saya berhasil sampai disana…, tidak ada satupun alumni SMAN I yang bisa saya temui pada waktu itu…. Pada kemanakah mereka gerangan..? tidak mungkin kalau mereka tidak ada, karena hari ini memang hari latihan dan pementasan tinggal menghitung hari saja. Seperangkat lengkap gamelan Jawa sedang dimainkan oleh para niyogo… dan terlihat beberapa adik2 sedang berlatih menari, ternyata mereka adalah adik2 dari Institut Tehnologi Bandung yang tergabung di dalam grup Ludruk Mahasiswa ITB.

Tepat jam 15:30 tampak dik Ida Fitrijati, AMISA ’84 yang di casting menjadi Garwo Dipati Parapen hadir di lokasi latihan, setelah itu mbak Yetty Soebandono, AMISA ’70 yang menjadi Garwo Dipati Pasuruhan juga datang, disusul oleh mas Wisnoe Pribadi, AMISA ’72 yang akan menjadi Pangeran Sapetak Dipati Pasuruhan, selanjutnya top aktor mas Sonny Soemarsono, AMISA ’70 sebagai Pangerang Ariyo Terung Dipati Sengguruh dan terakhir terlihat mas Syaiful B. Ibrahim, AMISA ‘71 yang di casting sebagai Pangeran Permono Dipati Singosari juga sudah datang. Setelah melapor ke mas Sonny dan berbicara dengan sang Sutradara, maka saya mendapat skrip dengan peran sebagai Patih Pramanca dan tampil di adegan 4 : Wlayah Blitar. Saya merasa sangat beruntung karena akan tampil di adegan terakhir hanya dengan 1 (satu) dialog yang sangat singkat, sehingga selain lebih mudah menghafalnya juga bisa melihat terlebih dahulu aksi teman2 yang sudah berlatih 3-4 kali sebelumnya…. Kalau ada yang tanya : grogi apa tidak…? Ya pastilah… namanya juga bukan pemain profesional, tapi suasana latihan sangat santai dan kondusif….termasuk konsumsi yang tidak pernah putus, semua sangat mendukung dan membantu….. bahkan beberapa pemain profesional mengatakan…. tenang saja, jangankan mas Iwan….. mantan Gubernur Jawa Timur, bapak Moch. Basofi Sudirman saja juga grogi dan lupa dialog pada waktu bermain di pagelaran ini beberapa waktu yang lalu……alhasil aksi saya ..... lumayanlah.
Mungkin merasa kasihan kepada saya… karena harus tampil di adegan ke-4 yang tentunya sudah cukup larut malam nanti dihari pagelaran atau ada pertimbangan lain saya tidak tahu, tapi yang jelas diakhir sesi latihan sang asisten sutradara menghapiri saya dan memberitahukan kalau sebaiknya saya tampil di adegan 1 saja, untuk itu peran akan dirubah dari Patih Pramanca ke Pangeran Dalem alias Sunan Giri II dan tanpa berpikir panjang langsung saya setujui, untuk itu skrip awal diminta kembali dan diganti dengan skrip yang baru. Baru pada saat saya sampai dirumah dan membaca skrip yang baru, saya merasa “terjebak” di dalam permainan ini……. bagaimana tidak…? didalam skrip yang baru ada 8 (delapan) dialog yang panjang2 yang harus saya hafalkan…… beban terasa 64 (enam puluh empat) kali lipat dibandingkan dengan sebelumnya, apalagi ini nanti akan tampil “live” artinya tidak ada kesempatan “retake” kalau kita tidak hafal dialognya, sempat terbesit dalam pikiran saya untuk kembali saja ke peran yang lama… tapi apa kata dunia…..??? akhirnya saya pasrah saja ….. dan terus berdoa semoga segala sesuatunya bisa berjalan lancar. Dua kali sisa latihan tidak banyak membantu, saya sempat stres… dengan dialog ini…. Fakta yang ada, dua dialog pertama dengan mudah saya hafalkan… tapi kalau sudah ditambah dengan dialog ketiga dan keempat, maka dialog yang pertama mulai lupa…. Wkekekekekekkk, rupanya ini factor “U” yang tidak bisa diajak kompromi, dan rupanya hal ini pula yang menimpa teman2 yang lain, berbagai ilmu “nyontek” sewaktu sekolah di Madang dulu terpaksa dikeluarkan, ada yang membuat catatan kecil2 seperti kalau mau ulangan… tapi ada juga yang membuat normal terus dilaminating, saya sendiri malah menuliskan ulang dialog itu dengan font yang besar2 dan saya letakan dilantai yang bisa dibaca sambil berdiri.
Hari yang ditunggu-tunggu tibalah sudah, Jumat 23 Mei 2008 jam 16:00 hampir semua pemain sudah merapat ke Gedung Kesenian Jakarta, yang terletak di daerah Pasar Baru Jakarta Pusat, Rencananya hari ini kita masih mau berlatih sekali lagi karena gladi bersih yang dilakukan semalam kurang memuaskan, selain kita juga mau melakukan “blocking”, tapi sekali lagi…. waktu kayaknya tidak berpihak kepada kita, baru adegan I selesai dilakukan, jam sudah menunjukkan pukul 18:00 dimana para pemain sudah harus mulai dirias. Maka latihan kita hentikan dan dilanjutkan dengan acara doa bersama serta potong tumpeng untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar senantiasa menyertai kita di dalam pagelaran ini. Semua pemain masuk ke ruang rias kecuali mas Sonny karena dia masih harus memberikan kata sambutan selaku Ketua Alumni MItreka SAtata Wilayah JABODETABEK.

Pagelaran Ludruk Nostalgia dengan cerita Adipati Sengguruh dibuka dengan penampilan seorang penari remo laki2 yang berpakainan wanita, disusul dengan tari2an yang dibawakan oleh adik2 ITB (yang laki2 berpakaian wanita dan yang wanita berpakaian laki2……. asyik dan kocak sekali).

Sinopsis : Setelah Sry Girindra Wardhana Ranawijaya Raja Majapahit yang memerintah di Kediri dikalahkan oleh Sultan Trenggana dari Demak Bintara, Sry Girinda Wardhana Ranawijaya melarikan diri ke Sengguruh yang sekarang termasuk wilayah Kabupaten Malang, yang kemudian melanjutkan pengusiannya ke Panarukan. Dipati Sengguruh, Dipati Singosari, Dipati Pasuruhan, Dipati Panjer, Dipati Kapulungan dan Dipati Srengat bersatu mempertahankan kekuasaan Majapahit di Brangwetan. Mereka menggempur Lamongan yang dibantu Pasukan Giri Kedaton. Pada saat Dipati Sengguruh hendak menghancurkan makam Sunan Giri, tiba2 dari dalam makam keluar ratusan ribu lebah menyerang pasukan Brangwetan hingga menimbulkan banyak korban. Dipati Sengguruh yang tersiksa oleh sengatan lebah Makam Sunan Giri ditolong oleh Sunan Gribik, putera Syeh Manganti dari Gumana. Dipati Sengguruh bertobat dan berjanji akan selalu ziarah ke makam Sunan Giri dan mau memeluk agama Islam dengan menjadi murid Sunan Gribik. Dipati Sengguruh dianggap berkhianat kemudian diserang oleh para Dipati Brangwetan, hingga Dipati Sengguruh dan Sunan Gribik terusir.
Dipati Pajang Adiwijaya dan pasukannya yang sedang menegakkan kekuasaan Demak diatas wilayah Majapahit, dapat membantu Dipati Sengguruh merebut kembali kekuasaannya, lalu Pangeran Ariyo Terung diangkat kembali sebagai Adipati Sengguruh yang setia kepada kekuasaan Demak. "LUUUAAARRR... BIAAAASA...", itulah kesan saya setelah selesai pagelaran, tidak pernah terbayangkan sebelumnya….. selain bisa mencari dana untuk adik2 kita yang masih sekolah di Malang, dan untuk Panitia Reuni Akbar yang menurut rencana akan diselenggarakan nanti pada tanggal 12-13 Juli 2008 di Batu-Malang, juga bisa menyalurkan bakat seni yang mungkin terpendam sangat2 dalam. Sekali lagi…suatu pengalaman yang sangat luar biasa yang mungkin tidak akan terulang lagi.
Terima kasih Tuhan, rahmat dan kasihmu senantiasa menyertai kami.

Salam dan sejahtera : Iwanlucy.

Wednesday, May 14, 2008

Singapore - Johor Bahru - Sarawak - Brunei - Sabah

Salam dan Sejahtera,

Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas perkenan-Nya-lah, maka pada awal tahun 2008 ini kami diberikan kesempatan untuk melakukan perjalanan kembali untuk mengunjungi beberapa negara tetangga. Perjalanan kali ini terasa sangat istimewa, karena kami dapat berangkat bersama dengan 5 (lima) pasang suami-istri yang sudah berteman sejak lama sekali, kurang lebih 38 tahun yang lalu sewaktu kami sama-sama berada di bangku kuliah di Bandung. Walaupun jadwal keberangkatannya harus dibagi menjadi 4 (empat) kloter, guna menyesuaikan dengan kesibukan masing-masing, tapi akhirnya pada hari Kamis tanggal 20 Maret 2008 semua rombongan sudah lengkap dan siap ada di Singapore. Berikut ini adalah cerita perjalanan keliling kami yang dimulai dari Batam dan berlanjut ke beberapa negara tetangga yaitu Singapore terus ke Johor Bahru, Sarawak, Brunei dan berakhir di Sabah dimulai dari tanggal 18 sampai 29 Maret 2008 yang lalu. Perjalanan itu banyak membawa berkah yang sangat luar biasa... karena tidak saja kita dapat berjumpa dengan alumni Akademi Industri Pariwisata (AKTRIPA) Bandung, tetapi juga dapat menjumpai beberapa alumni SMA Negeri 1 Malang (AMISA) yang saat ini sedang berada di kota-kota yang kita singgahi seperti terlihat dalam foto-foto dibawah ini.
Foto disamping adalah pertemuan kami dengan Alumni Akademi Industri Pariwisata Bandung, dalam acara AKTRIPA FAMILY GATHERING di BATAM tanggal 18 Maret 2008. Kita berfoto bersama sesaat setelah santap malam di Harbour Bay : ada Pipi Sarmudiana '91 yang imut, ada Kavita Tobing '92 yang makmur, mas Baskoro '91 (dibelakang), ada juga si bungsu Rizal lulusan 2003, mereka semua bekerja di bidang travel industry di Batam.
Kloter kedua yang terdiri dari 7 (tujuh) orang yang berangkat dari Jakarta pada hari Rabu tanggal 19 Maret 2008, berhasil mendarat di Bandara Hang Nadim Batam sesuai dengan rencana. Dari sana dengan menggunakan mobil Shine Travel milik Vita TT'92 kami bersama-sama menuju ke Batam Center untuk menyeberang ke Singapore dengan kapal ferry Batam Fast. Rencana kita untuk menyelenggarakan AKTRIPA FAMILY GATHERING di SINGAPORE terpaksa dibatalkan karena pesawat Kang Bondan '70 yang menyusul pada tanggal 20 Maret 2008 di "re-timed" keberangkatannya dari Jakarta sehingga dia baru sore hari tiba di Batam dan beliaunya bisa masuk ke Singapore pada hampir tengah malam, namun demikian menjelang keberangkatan kita ke Johor Bahru kami masih sempat diundang makan pagi bersama oleh keluarga Rony dan Devi di apartementnya.


Foto diatas sewaktu kita ada di Pelabuhan Ferry Batam Center, saat menunggu jadwal keberangkatan Kapal dan didalam Kapal Ferry Batam Fast yang membawa kita ke Harbour Front Singapore.


Foto suasana makan pagi di keluarga Rony dan Devi. Devi adalah putri bungsu dari Henny Sukma Syarif '69 yang saat ini menetap di Singapore, karena Rony (suaminya) membuka usaha disini.
Agak berbeda dengan perjalanan darat kami sebelumnya, kali ini perjalanan dari Singapore menuju ke Johor Bahru kami lakukan dengan Kereta Api Cepat (MRT) dari Orchad Road dan turun di stasiun Kranji-Singapore, selanjutnya dengan bus Cosway Link yang bertarif hanya SGD. 1 kami sudah bisa sampai di terminal City Lounge di Johor Bahru City dan selanjutnya dengan suttle bus kami menuju ke Sultan Ismail Airport, Senai. Walaupun agak melelahkan, khususnya untuk urusan imigrasi di perbatasan Singapore - Malaysia, tetapi inilah harga termurah yang bisa kami dapatkan untuk menuju ke airport Johor Bahru dari Singapore, hanya dibutuhkan SGD 2,20 plus RM 8.00 kami sudah dapat menyeberang dari Orchard yang berada dipusat kota Singapore menuju ke Bandara Sultan Ismail di Senai yang terletak 32 km di luar Johor Bahru.

Foto disamping ini adalah pada waktu kita sedang menunggu pesawat di boarding lounge bandara Sultan Ismail di Johor Bahru, untuk selanjutnya dengan penerbangan Airasia kami terbang ke Kuching - Sarawak. Di Ibukota propinsi Sarawak, Kuching kami menginap selama 2 (dua) malam, sungguh sangat mengherankan... kota yang ada di Pulau Kalimantan dan hanya berjarak kurang lebih 1,5 jam perjalanan dari perbatasan di Tebedu/Entikong ini sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan kota2 besar di Indonesia. Disini masih terasa kampung atau tidak terlalu metropolitan amat deh. Tetapi.......... semua jalan-jalan protokolnya terdiri dari 3 (jalur), tidak ada sampah... dan kotanya terlihat sangat bersih dengan aliran listrik yang berlimpah-limpah. Konon menurut Pak Didin, pengemudi Konsulat Jenderal Indonesia di Kuching yang kendaraannya kita gunakan selama kita ada di kota ini, pada kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir ini... baru terjadi 1 (satu) kali pemadaman aliran listrik.


Foto tersebut diatas adalah saat kita berkaraoke bersama Bapak Bambang Prionggo dan Ibu Andry Prionggo saat melakukan "Courtessy Call" dengan Konsul Jenderal Indonesia di Kuching - Sarawak di Wisma Indonesia dan menu utama saat "Farewell Party" di Restaurat Taman Kereta.


Foto bersama disamping ini didepan salah satu patung kucing yang banyak bertebaran di kota Kuching ini, hampir disetiap persimpangan jalan dan ditaman kota selalu terdapat patung kucing.
Kita meninggalkan Kuching pada hari Minggu tanggal 23 Maret 2008 untuk terbang menuju ke Miri, kota terdekat dengan perbatasan negara kaya minyak Brunei Darussalam, selanjutnya dengan Mini Van KIA Pregio yang kita sewa di Miri kita jalan darat menyeberang ke Brunei. Urusan di perbatasan cukup lancar.. dan disini kami mengucap syukur sekali lagi kepada Tuhan YME. karena kita dipertemukan dengan alumni SMA Negeri 1 Malang yang ada disini.
Pertemuan yang agak memusingkan, karena melalui chating dan email dimilist Mitreka_Satata... tadinya Vivin yang adik bungsu dari lurah milist Mitreka_Satata, mengatakan bahwa dia tinggal di Seria. Seria adalah kota kedua di Brunei Darussalam setelah Kuala Belait apabila kita masuk ke Brunei dari arah barat. Karena merasa sudah cukup lama tertahan di Miri untuk urusan charter kendaraan dan penitipan koper di asramanya Putri, maka saya perintahkan kepada pengemudi Mini Van (William) untuk tancap gas dan langsung menuju ke Seria.
Foto disamping ini adalah suasana perbatasan Malaysia - Brunei Darussalam apabila kita masuk dari kota Miri diambil dari dalam mobil Pregio yang membawa kita. Untuk sekedar diketahui.... bahwa kota-kota di Brunei pada umumnya tidak bersinggungan langsung dengan jalan raya, jadi kalau kita mau masuk kota harus keluar dulu dari jalan raya dan masuk ke kota itu, memang ada juga jalan penghubung dari kota ke kota, tapi ini tidak terlihat dari jalan raya (highway). Percaya tidak percaya.... hanya ada 1 (satu) hotel di kota Seria... dan ini bukan nama hotel yang Vivin sebutkan didalam emailnya. Sudah kepalang tanggung sampai di Brunei dan saking pinginnya ketemu dengan adik kelas yang saat ini ada disana, saya buka saja handphone dengan rooming internasional saya untuk menghubungi Vivin dan minta dituntun untuk menuju ke rumahnya, entah berapa tagihan handpone saya nanti.... saya tidak peduli, pengalaman saya sewaktu di Kuala Lumpur akhir tahun yang lalu... saya harus membayar lebih dari 900 ribu rupiah, waktu menilpon ke kakak saya di Damansara dan minta dituntun untuk menuju ke rumahnya, padahal kita hanya ada dibelakang pagar rumahnya. Sementara ini ternyata hotel tempat Vivin bermukim ada di antara Kuala Belait - Seria, sehingga kami harus balik lagi kearah barat dengan sedikit kesasar lagi di pertigaan Jl. Maulana, karena Vivin bilang kami harus belok kanan.... sehingga kami balik lagi ke timur, padahal seharusnya masih harus terus ke arah barat (belakangan Vivin ngomong kalau dia baru dua bulan pindah kesini, jadi juga masih sedikit bingung.... ha..ha..ha......). Tapi semua kesulitan itu akhirnya berbuah manis, kami tiba di Sea View Hotel... disambut oleh suami Vivin di teras hotel, Bapak Sumarto dan ibu Miskiati yang notabene adalah ayahanda dan ibunda dari Mas Mokhammad Misdianto, AMISA-89..... pak Moderator sekaligus lurah dari milist Mitreka_Satata@yahoogroups.com yang ternyata sedang berada disana, beserta ke 2 (dua) cucunya (putra dan putri Vivin). Acara "Brunch" (Breakfast dan Lunc) dan ngobrol panjang lebar di Sea View Hotel menjadi acara kita yang utama dalam perjumpaan ini......
Foto di samping adalah saat Kami bertemu dengan "Putri" di Bandara Miri-Serawak, "Putri" adalah putri pertama dari Hoela Monoarfa, AMISA-79 yang sengaja datang menjumpai kami bersama temannya yang bernama Aszura. Saat ini Putri sedang menempuh kuliah di Curtins University Miri, Sarawak - Malaysia di semester I.
Foto ini adalah saat bertemu dengan keluarga besar Yantri Vianti, AMISA-94 (seringnya dipanggil Vivin) di Hotel Sea View Kuala Belait-Seria, Brunei Darussalam. Vivin saat ini menetap di Kuala Belait-Seria, karena mengikuti tugas suaminya yang bekerja di Shell. Sore hari kami tiba di Bandar Seri Begawan, kota terbesar di Brunei Darussalam, dimana Raja Brunei Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah Ibni Al-Marhum Sultan Haji Omar 'Ali Saifuddien Sa'adul Hkairi Waddien saat ini bermukim. Kota dengan penduduk yang sangat kecil ini, memang kelihatan kalau kotanya negara yang sangat kaya. Kita sempat mengunjung Masjid terbesar yang ada ditengah kota (Kiarong) yang dibangun untuk mengenang 25 tahun Sultan memerintah dan melihat Istana dimana Sultan dan Yang Dipertuan Negara Brunei Darussalam's berkantor walaupun hanya dari luar (karena memang tidak boleh masuk.... lagian kalau bisa masuk kita juga mau ngapain, orang kita tidak sempat janjian dengan sultannya kalau kita mau ke Brunei..). Hanya tidak kurang dari 3 (tiga) jam, seluruh Bandar Seri Begawan sudah kita jelajahi.. setelah makan malam di Mall yang terbesar di Bandar kita kembali ke hotel, hanya untuk meluruskan badan.... karena pada pukul 05:00 pagi kita sudah harus balik lagi ke Miri untuk mengejar pesawat yang akan menuju ke Kuala Lumpur pukul 10:00 yang akan ditumpangi oleh dr. Syarif (suami teh Henny) yang harus segera kembali ke Jakarta. Sementara rombongan yang lain masih akan menuju Kota Kinabalu - Sabah.



Foto didepan Masjid Jame' Asr Hassanil Bolkiah dan Istana Nurul Iman, dimana Sultan berkantor.

Hari Senin tanggal 24 Maret 2008 sore pesawat yang kita tumpangi mendarat tepat waktu di Bandara Internasional Kota Kinabalu - Sabah, negara bagian paling ujung timur di Malaysia yang menjadi tujuan kita yang terakhir yang sekaligus akan digunakan sebagai tempat untuk merayakan Hari Ulang Tahun ke 58 teh Meniek '70 nanti pada tanggal 26 Maret 2008. Kota pelabuhan ini terletak di ujung timur utara P. Kalimantan yang sangat unik, karena selain memiliki garis pantai yang panjang dan bersih, juga memiliki gunung (Mount. Kinabalu) yang tertinggi di Asia Tenggara,diantara Gunung Himalaya dan Gunung Salju (Snow Mountains) di Papua Barat. The Kinabalu Park merupakan salah satu tempat yang kita kunjungi selama kita berada di Sabah, selain The Kundasang War Memorial serta The Poring Hot Springs.




Foto bersama di depan gerbang Kundasang War Memorial and Gardens

Tiga hari dua malam.... tidak terasa kita bercengkerama bersama di wilayah ini dan tepat dihari ulang tahun teh Meniek, kita menyanyikan lagu Happy Birthday sekaligus Sayonara.... saya kembali ke Kuching, sementara rombongan yang lainnya kembali ke Singapore via Johor Bahru dengan penerbangan pagi dari Kota Kinabalu. Cukup sekian laporan perjalanan kami kali ini.... sampai berjumpa dengan reportase perjalanan mendatang.

Foto disamping ini diambil pada Hari Kamis tanggal 27 Maret 2008 saat acara makan malam bersama Jeng Hoela Monoarfa AMISA-79 dan suaminya di Holiday Inn Kuching-Sarawak. Jeng Hoela pada saat ini berdomisili di Bintulu-Sarawak, tapi mereka berdua bersedia untuk terbang ke Kuching sekedar supaya bisa ketemu dan ngobrol-ngobrol dengan kita.

Thanks GOD,
Bambang dan Lucy Setiawan

Tuesday, May 13, 2008

Kuching - Bangkok - Kuala Lumpur (4)

Bagian (4).
Salam dan Sejahtera

KUALA LUMPUR – Ibukota Negara federasi Malaysia yang baru diberi status sebagai kota pada 1 Februari 1972 dan diumumkan sebagai kawasan otoritas federal pada tahun 1974 adalah tempat terakhir yang menjadi tujuan wisata liburan keluarga kita kali ini. Saya sendiri dan istri sebetulnya sudah berkali-kali berkesempatan untuk datang ke kota yang terkenal dengan sebutan Kota Taman Cahaya ini, tetapi bagi anak-anak dan menantu saya, ini adalah kali pertama mereka bisa mengunjungi ibukota Negara Jiran yang sekarang terasa jaraknya menjadi semakin dekat setelah beroperasinya penerbangan murah Indonesia AirAsia.

Pesawat AirAsia dengan penerbangan AK 883 yang kita tumpangin dari Bangkok mendarat di Kuala Lumpur Low Cost Terminal Sepang tepat pada pukul 18:20 waktu Malaysia, urusan imigrasi di Bandara Sepang berjalan cukup lancar dan dengan bus Sky Van yang bertarif RM. 9 per orang kita melanjutkan perjalanan menuju ke Kuala Lumpur yang berjarak kurang lebih 85 Kilometer. Menjelang senja kita sampai di Sentral yang meruapakan pusat dari seluruh sistem transportasi di Kuala Lumpur, dari tempat ini kita dapat menuju ke berbagai tujuan seperti ke kota-kota satelit disekitar Kuala Lumpur bahkan bisa juga sampai ke Thailand dan Singapore dengan berbagai moda transportasi yang tersedia, seperti bus, taxi, kereta api, kereta api cepat listrik dan kereta api sistem monorel, dengan harga tiket yang cukup terjangkau.
Karena koper bawaan kami sudah mulai membengkak, akibat nafsu belanja yang tidak bisa dikekang pada waktu ada di Kuching, Pataya dan Bangkok, sementara kita masih harus berhemat dengan sisa-sisa uang saku yang memang juga tidak berlebihan, maka kami memutuskan memanggil keponakan yang lagi kuliah di Kuala Lumpur untuk membantu membawa semua koper-koper kami dengan mobilnya dan selanjutnya kami memilih menggunakan Kereta Monorel yang cukup nyaman untuk menuju ke Tune Hotel di Jl. Tuanku Abdul Rahman No. 316 Kuala Lumpur. (Foto disamping ini Adhit dan Kris dan tentu saja dengan calon cucu kami diperutnya yang sangat menikmati perjalanan dengan kereta monorail)
Malam pertama di Kuala Lumpur kami lewatkan dengan nongkrong menikmati lezatnya nasi lemak disalah satu warung dipojok Jl. Tuanku Abdul Rahman sambil mendengarkan musik.

Hari Kamis tanggal 15 November 2008 yang merupakan hari kedua kami ada di Kuala Lumpur, kegiatan explorasi kita awali dengan mengunjungi Menara Kembar Petronas, sebagai bangunan tertinggi di dunia ketika itu, Menara Kembar Petronas memiliki 88 tingkat yang menjulang ke angkasa setinggi 452 meter. Hasil karya arsitektur yang bergaya menarik dan penuh kilauan ini diilhami oleh rukun islam yang lima, merupakan perhiasan kota yang sangat modern yang berada di pusat kota Kuala Lumpur. Di dalam bangunan ini terdapat gedung pertunjukkan orkes simfoni petronas, sebagai tempat para pecinta orkestra simfoni Malaysia dan tempat persembahan grup kesenian Petronas.



Selepas dari Menara Kembar Petronas, explorasi kita lanjutkan ke Suria Kuala Lumpur City Center (KLCC) salah satu pusat perdagangan paling bergengsi di Kuala Lumpur dengan design bangunan yang mewah dan berkelas serta berlogokan matahari terbit yang sesuai dengan namanya, karena hari juga sudah menjelang siang, maka acara makan siang kita lakukan di tempat ini. Selesai perut kenyang, mata sudah mulai mengantuk…. pingan rasanya kembali ke hotel untuk sedikit meluruskan badan, tapi sayang rasanya kalau siang hari ini kita lewatkan begitu saja, maka explorasi kita lanjutkan ke Pasar Sentral yang merupakan tempat paling favorit untuk membeli kerajinan tangan, lukisan dan cinderamata bagi para wisatawan local maupun manca negara. Selepas dari Pasar Sentral, explorasi ibukota Malaysia ini masih kita lanjutkan lagi dengan berjalan kaki ke Dataran Merdeka dan Gedung Sultan Abdul Samad yang didisign oleh arsitek Inggris yang bernama A.C. Norman, hasil perpaduan arsitektur Victoria dan Morísh didirikan antara tahun 1894 dan 1897, dahulu digunakan sebagai Gedung Sekretariat Pemerintahan Inggris namun sekarang dijadikan Mahkamah Agung dan Mahkamah Tinggi.


Malam harinya, kembali kita tidak melewatkan kesempatan untuk hang out di Petaling Street yang kaya akan masakan laut dan menilmati indahnya pemandangan Kuala Lumpur pada malam hari dari Look out Hill.
Hari ketiga kita ada di Kuala Lumpur, kita gunakan untuk mengunjungi Batu Caves, Dataran Tinggi Genting, menengok keluarga Bambang Sindhu Wahyudi di Damansara dan tidak lupa untuk belanja dan belanja lagi di IKEA dan IKANO. Batu Caves yang terletak sekitar 13 Kilometer dari pusat kota Kuala Lumpur dan berada di garis luar batas kota merupakan lokasi yang menarik, tempat penyelenggaraan festival tahunan Thaipusan. Festival ini sangat spektakuler karena melibatkan ribuan penganut agama Hindu. Di Batu Caves terdapat "Gua Kuil Utama" yang memiliki langit-langit setinggi kira-kira 100 meter dan dihiasi dengan perhiasan tempat suci umat Hindu. Untuk mencapai gua tersebut kita harus mendaki sebanyak 272 anak tangga, seperti yang dilakukan oleh sekitar 100.000 penganut Hindu selama festival Thaipusan. Lepas dari Batu Caves explolarasi kita lanjutkan ke Genting Highlands sejauh 51 km dari Kuala Lumpur, inilah taman bermain dilangit Malaysia yang berlokasi di Gunung Ulu Kali. Genting Highlands terletak diketinggian 2000 m diatas permukaan laut dan merupakan tempat peristirahatan yang modern. Ada dua cara untuk mencapai tempat ini, yang pertama langsung dengan kendaraan sampai di pelataran utama atau dengan menggunakan cabel car dari stasiun cabel yang ada di ......... Kelebihan dari tempat ini adalah adanya komplek perjudian, lengkap dengan casino yang terdapat didalamnya serta hotel dan diskotik.

Hari Sabtu tanggal 17 November 2008 adalah hari terakhir kami ada di Kuala Lumpur, pada hari ini kami masih mempunyai waktu setengah hari untuk melakukan explorasi sebelum sore hari nanti kami harus kembali ke Jakarta. Setelah selesai sarapan pagi di hotel, kami menuju ke Menara Kuala Lumpur di Bukit Nanas yang bisa kami capai cukup dengan berjalan kaki, menara telekomunikasi yang terbuat dari beton dan diresmikan pada bulan Agustus 1996 dengan ketinggian 421 meter ini dianggap sebagai menara tertinggi di Asia dan menara tertinggi nomer empat di dunia. Dari menara ini kita dapat menikmati pemandangan atas wilayah ibukota Kuala Lumpur dan Lembah Klang dari pelataran pemandangan dan restoran berputar di puncak menara. Menara ini juga berfungsi sebagai stasiun transmisi jaringan telekomunikasi, radio dan televisi. Explorasi terakhir kota Kuala Lumpur kita lakukan menjelang perjalanan menuju bandara (KLCCT) dengan menggunakan Monorel. Secara sengaja sewaktu kami naik dari stasiun Medan Tuangku (stasiun monorel terdekat dari Tune hotel dimana kami menginap) kami mengambil arah yang berlawanan dengan tujuan kami ke Sentral, yaitu menuju ke arah Titiwangsa dari sini kita tidak keluar lagi tetapi tetap berada didalam kereta dan ikut kembali lagi ke stasiun Medan Tuangku dan langsung lanjut menuju ke Sentral.

Dari Sentral yang ada ditengah kota Kuala Lumpur kami kembali menggunakan Sky Van untuk menuju ke Kuala Lumpur Low Cost Terminal (KLCCT) Sepang, ada sedikit waktu untuk menghabiskan Ringgit Malaysia yang masih tersisa di toko-toko bebas pajak di bandara ini sebelum kami naik ke pesawat Airasia AK 956 yang akan membawa kami pulang ke Jakarta. Berakhir sudah liburan keluarga kami kali ini, kenangan indah terukir di dalam lubuk sanubari yang paling dalam berhiaskan kesempatan untuk berjumpa dengan sanak saudara yang sedang bekerja di negeri orang…., Sampai berjumpa dalam laporan perjalanan kami yang akan datang.

Best regards : Bambang dan Lucy Setiawan.