Wednesday, May 14, 2008

Singapore - Johor Bahru - Sarawak - Brunei - Sabah

Salam dan Sejahtera,

Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas perkenan-Nya-lah, maka pada awal tahun 2008 ini kami diberikan kesempatan untuk melakukan perjalanan kembali untuk mengunjungi beberapa negara tetangga. Perjalanan kali ini terasa sangat istimewa, karena kami dapat berangkat bersama dengan 5 (lima) pasang suami-istri yang sudah berteman sejak lama sekali, kurang lebih 38 tahun yang lalu sewaktu kami sama-sama berada di bangku kuliah di Bandung. Walaupun jadwal keberangkatannya harus dibagi menjadi 4 (empat) kloter, guna menyesuaikan dengan kesibukan masing-masing, tapi akhirnya pada hari Kamis tanggal 20 Maret 2008 semua rombongan sudah lengkap dan siap ada di Singapore. Berikut ini adalah cerita perjalanan keliling kami yang dimulai dari Batam dan berlanjut ke beberapa negara tetangga yaitu Singapore terus ke Johor Bahru, Sarawak, Brunei dan berakhir di Sabah dimulai dari tanggal 18 sampai 29 Maret 2008 yang lalu. Perjalanan itu banyak membawa berkah yang sangat luar biasa... karena tidak saja kita dapat berjumpa dengan alumni Akademi Industri Pariwisata (AKTRIPA) Bandung, tetapi juga dapat menjumpai beberapa alumni SMA Negeri 1 Malang (AMISA) yang saat ini sedang berada di kota-kota yang kita singgahi seperti terlihat dalam foto-foto dibawah ini.
Foto disamping adalah pertemuan kami dengan Alumni Akademi Industri Pariwisata Bandung, dalam acara AKTRIPA FAMILY GATHERING di BATAM tanggal 18 Maret 2008. Kita berfoto bersama sesaat setelah santap malam di Harbour Bay : ada Pipi Sarmudiana '91 yang imut, ada Kavita Tobing '92 yang makmur, mas Baskoro '91 (dibelakang), ada juga si bungsu Rizal lulusan 2003, mereka semua bekerja di bidang travel industry di Batam.
Kloter kedua yang terdiri dari 7 (tujuh) orang yang berangkat dari Jakarta pada hari Rabu tanggal 19 Maret 2008, berhasil mendarat di Bandara Hang Nadim Batam sesuai dengan rencana. Dari sana dengan menggunakan mobil Shine Travel milik Vita TT'92 kami bersama-sama menuju ke Batam Center untuk menyeberang ke Singapore dengan kapal ferry Batam Fast. Rencana kita untuk menyelenggarakan AKTRIPA FAMILY GATHERING di SINGAPORE terpaksa dibatalkan karena pesawat Kang Bondan '70 yang menyusul pada tanggal 20 Maret 2008 di "re-timed" keberangkatannya dari Jakarta sehingga dia baru sore hari tiba di Batam dan beliaunya bisa masuk ke Singapore pada hampir tengah malam, namun demikian menjelang keberangkatan kita ke Johor Bahru kami masih sempat diundang makan pagi bersama oleh keluarga Rony dan Devi di apartementnya.


Foto diatas sewaktu kita ada di Pelabuhan Ferry Batam Center, saat menunggu jadwal keberangkatan Kapal dan didalam Kapal Ferry Batam Fast yang membawa kita ke Harbour Front Singapore.


Foto suasana makan pagi di keluarga Rony dan Devi. Devi adalah putri bungsu dari Henny Sukma Syarif '69 yang saat ini menetap di Singapore, karena Rony (suaminya) membuka usaha disini.
Agak berbeda dengan perjalanan darat kami sebelumnya, kali ini perjalanan dari Singapore menuju ke Johor Bahru kami lakukan dengan Kereta Api Cepat (MRT) dari Orchad Road dan turun di stasiun Kranji-Singapore, selanjutnya dengan bus Cosway Link yang bertarif hanya SGD. 1 kami sudah bisa sampai di terminal City Lounge di Johor Bahru City dan selanjutnya dengan suttle bus kami menuju ke Sultan Ismail Airport, Senai. Walaupun agak melelahkan, khususnya untuk urusan imigrasi di perbatasan Singapore - Malaysia, tetapi inilah harga termurah yang bisa kami dapatkan untuk menuju ke airport Johor Bahru dari Singapore, hanya dibutuhkan SGD 2,20 plus RM 8.00 kami sudah dapat menyeberang dari Orchard yang berada dipusat kota Singapore menuju ke Bandara Sultan Ismail di Senai yang terletak 32 km di luar Johor Bahru.

Foto disamping ini adalah pada waktu kita sedang menunggu pesawat di boarding lounge bandara Sultan Ismail di Johor Bahru, untuk selanjutnya dengan penerbangan Airasia kami terbang ke Kuching - Sarawak. Di Ibukota propinsi Sarawak, Kuching kami menginap selama 2 (dua) malam, sungguh sangat mengherankan... kota yang ada di Pulau Kalimantan dan hanya berjarak kurang lebih 1,5 jam perjalanan dari perbatasan di Tebedu/Entikong ini sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan kota2 besar di Indonesia. Disini masih terasa kampung atau tidak terlalu metropolitan amat deh. Tetapi.......... semua jalan-jalan protokolnya terdiri dari 3 (jalur), tidak ada sampah... dan kotanya terlihat sangat bersih dengan aliran listrik yang berlimpah-limpah. Konon menurut Pak Didin, pengemudi Konsulat Jenderal Indonesia di Kuching yang kendaraannya kita gunakan selama kita ada di kota ini, pada kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir ini... baru terjadi 1 (satu) kali pemadaman aliran listrik.


Foto tersebut diatas adalah saat kita berkaraoke bersama Bapak Bambang Prionggo dan Ibu Andry Prionggo saat melakukan "Courtessy Call" dengan Konsul Jenderal Indonesia di Kuching - Sarawak di Wisma Indonesia dan menu utama saat "Farewell Party" di Restaurat Taman Kereta.


Foto bersama disamping ini didepan salah satu patung kucing yang banyak bertebaran di kota Kuching ini, hampir disetiap persimpangan jalan dan ditaman kota selalu terdapat patung kucing.
Kita meninggalkan Kuching pada hari Minggu tanggal 23 Maret 2008 untuk terbang menuju ke Miri, kota terdekat dengan perbatasan negara kaya minyak Brunei Darussalam, selanjutnya dengan Mini Van KIA Pregio yang kita sewa di Miri kita jalan darat menyeberang ke Brunei. Urusan di perbatasan cukup lancar.. dan disini kami mengucap syukur sekali lagi kepada Tuhan YME. karena kita dipertemukan dengan alumni SMA Negeri 1 Malang yang ada disini.
Pertemuan yang agak memusingkan, karena melalui chating dan email dimilist Mitreka_Satata... tadinya Vivin yang adik bungsu dari lurah milist Mitreka_Satata, mengatakan bahwa dia tinggal di Seria. Seria adalah kota kedua di Brunei Darussalam setelah Kuala Belait apabila kita masuk ke Brunei dari arah barat. Karena merasa sudah cukup lama tertahan di Miri untuk urusan charter kendaraan dan penitipan koper di asramanya Putri, maka saya perintahkan kepada pengemudi Mini Van (William) untuk tancap gas dan langsung menuju ke Seria.
Foto disamping ini adalah suasana perbatasan Malaysia - Brunei Darussalam apabila kita masuk dari kota Miri diambil dari dalam mobil Pregio yang membawa kita. Untuk sekedar diketahui.... bahwa kota-kota di Brunei pada umumnya tidak bersinggungan langsung dengan jalan raya, jadi kalau kita mau masuk kota harus keluar dulu dari jalan raya dan masuk ke kota itu, memang ada juga jalan penghubung dari kota ke kota, tapi ini tidak terlihat dari jalan raya (highway). Percaya tidak percaya.... hanya ada 1 (satu) hotel di kota Seria... dan ini bukan nama hotel yang Vivin sebutkan didalam emailnya. Sudah kepalang tanggung sampai di Brunei dan saking pinginnya ketemu dengan adik kelas yang saat ini ada disana, saya buka saja handphone dengan rooming internasional saya untuk menghubungi Vivin dan minta dituntun untuk menuju ke rumahnya, entah berapa tagihan handpone saya nanti.... saya tidak peduli, pengalaman saya sewaktu di Kuala Lumpur akhir tahun yang lalu... saya harus membayar lebih dari 900 ribu rupiah, waktu menilpon ke kakak saya di Damansara dan minta dituntun untuk menuju ke rumahnya, padahal kita hanya ada dibelakang pagar rumahnya. Sementara ini ternyata hotel tempat Vivin bermukim ada di antara Kuala Belait - Seria, sehingga kami harus balik lagi kearah barat dengan sedikit kesasar lagi di pertigaan Jl. Maulana, karena Vivin bilang kami harus belok kanan.... sehingga kami balik lagi ke timur, padahal seharusnya masih harus terus ke arah barat (belakangan Vivin ngomong kalau dia baru dua bulan pindah kesini, jadi juga masih sedikit bingung.... ha..ha..ha......). Tapi semua kesulitan itu akhirnya berbuah manis, kami tiba di Sea View Hotel... disambut oleh suami Vivin di teras hotel, Bapak Sumarto dan ibu Miskiati yang notabene adalah ayahanda dan ibunda dari Mas Mokhammad Misdianto, AMISA-89..... pak Moderator sekaligus lurah dari milist Mitreka_Satata@yahoogroups.com yang ternyata sedang berada disana, beserta ke 2 (dua) cucunya (putra dan putri Vivin). Acara "Brunch" (Breakfast dan Lunc) dan ngobrol panjang lebar di Sea View Hotel menjadi acara kita yang utama dalam perjumpaan ini......
Foto di samping adalah saat Kami bertemu dengan "Putri" di Bandara Miri-Serawak, "Putri" adalah putri pertama dari Hoela Monoarfa, AMISA-79 yang sengaja datang menjumpai kami bersama temannya yang bernama Aszura. Saat ini Putri sedang menempuh kuliah di Curtins University Miri, Sarawak - Malaysia di semester I.
Foto ini adalah saat bertemu dengan keluarga besar Yantri Vianti, AMISA-94 (seringnya dipanggil Vivin) di Hotel Sea View Kuala Belait-Seria, Brunei Darussalam. Vivin saat ini menetap di Kuala Belait-Seria, karena mengikuti tugas suaminya yang bekerja di Shell. Sore hari kami tiba di Bandar Seri Begawan, kota terbesar di Brunei Darussalam, dimana Raja Brunei Sultan Haji Hassanal Bolkiah Mu'izzaddin Waddaulah Ibni Al-Marhum Sultan Haji Omar 'Ali Saifuddien Sa'adul Hkairi Waddien saat ini bermukim. Kota dengan penduduk yang sangat kecil ini, memang kelihatan kalau kotanya negara yang sangat kaya. Kita sempat mengunjung Masjid terbesar yang ada ditengah kota (Kiarong) yang dibangun untuk mengenang 25 tahun Sultan memerintah dan melihat Istana dimana Sultan dan Yang Dipertuan Negara Brunei Darussalam's berkantor walaupun hanya dari luar (karena memang tidak boleh masuk.... lagian kalau bisa masuk kita juga mau ngapain, orang kita tidak sempat janjian dengan sultannya kalau kita mau ke Brunei..). Hanya tidak kurang dari 3 (tiga) jam, seluruh Bandar Seri Begawan sudah kita jelajahi.. setelah makan malam di Mall yang terbesar di Bandar kita kembali ke hotel, hanya untuk meluruskan badan.... karena pada pukul 05:00 pagi kita sudah harus balik lagi ke Miri untuk mengejar pesawat yang akan menuju ke Kuala Lumpur pukul 10:00 yang akan ditumpangi oleh dr. Syarif (suami teh Henny) yang harus segera kembali ke Jakarta. Sementara rombongan yang lain masih akan menuju Kota Kinabalu - Sabah.



Foto didepan Masjid Jame' Asr Hassanil Bolkiah dan Istana Nurul Iman, dimana Sultan berkantor.

Hari Senin tanggal 24 Maret 2008 sore pesawat yang kita tumpangi mendarat tepat waktu di Bandara Internasional Kota Kinabalu - Sabah, negara bagian paling ujung timur di Malaysia yang menjadi tujuan kita yang terakhir yang sekaligus akan digunakan sebagai tempat untuk merayakan Hari Ulang Tahun ke 58 teh Meniek '70 nanti pada tanggal 26 Maret 2008. Kota pelabuhan ini terletak di ujung timur utara P. Kalimantan yang sangat unik, karena selain memiliki garis pantai yang panjang dan bersih, juga memiliki gunung (Mount. Kinabalu) yang tertinggi di Asia Tenggara,diantara Gunung Himalaya dan Gunung Salju (Snow Mountains) di Papua Barat. The Kinabalu Park merupakan salah satu tempat yang kita kunjungi selama kita berada di Sabah, selain The Kundasang War Memorial serta The Poring Hot Springs.




Foto bersama di depan gerbang Kundasang War Memorial and Gardens

Tiga hari dua malam.... tidak terasa kita bercengkerama bersama di wilayah ini dan tepat dihari ulang tahun teh Meniek, kita menyanyikan lagu Happy Birthday sekaligus Sayonara.... saya kembali ke Kuching, sementara rombongan yang lainnya kembali ke Singapore via Johor Bahru dengan penerbangan pagi dari Kota Kinabalu. Cukup sekian laporan perjalanan kami kali ini.... sampai berjumpa dengan reportase perjalanan mendatang.

Foto disamping ini diambil pada Hari Kamis tanggal 27 Maret 2008 saat acara makan malam bersama Jeng Hoela Monoarfa AMISA-79 dan suaminya di Holiday Inn Kuching-Sarawak. Jeng Hoela pada saat ini berdomisili di Bintulu-Sarawak, tapi mereka berdua bersedia untuk terbang ke Kuching sekedar supaya bisa ketemu dan ngobrol-ngobrol dengan kita.

Thanks GOD,
Bambang dan Lucy Setiawan

Tuesday, May 13, 2008

Kuching - Bangkok - Kuala Lumpur (4)

Bagian (4).
Salam dan Sejahtera

KUALA LUMPUR – Ibukota Negara federasi Malaysia yang baru diberi status sebagai kota pada 1 Februari 1972 dan diumumkan sebagai kawasan otoritas federal pada tahun 1974 adalah tempat terakhir yang menjadi tujuan wisata liburan keluarga kita kali ini. Saya sendiri dan istri sebetulnya sudah berkali-kali berkesempatan untuk datang ke kota yang terkenal dengan sebutan Kota Taman Cahaya ini, tetapi bagi anak-anak dan menantu saya, ini adalah kali pertama mereka bisa mengunjungi ibukota Negara Jiran yang sekarang terasa jaraknya menjadi semakin dekat setelah beroperasinya penerbangan murah Indonesia AirAsia.

Pesawat AirAsia dengan penerbangan AK 883 yang kita tumpangin dari Bangkok mendarat di Kuala Lumpur Low Cost Terminal Sepang tepat pada pukul 18:20 waktu Malaysia, urusan imigrasi di Bandara Sepang berjalan cukup lancar dan dengan bus Sky Van yang bertarif RM. 9 per orang kita melanjutkan perjalanan menuju ke Kuala Lumpur yang berjarak kurang lebih 85 Kilometer. Menjelang senja kita sampai di Sentral yang meruapakan pusat dari seluruh sistem transportasi di Kuala Lumpur, dari tempat ini kita dapat menuju ke berbagai tujuan seperti ke kota-kota satelit disekitar Kuala Lumpur bahkan bisa juga sampai ke Thailand dan Singapore dengan berbagai moda transportasi yang tersedia, seperti bus, taxi, kereta api, kereta api cepat listrik dan kereta api sistem monorel, dengan harga tiket yang cukup terjangkau.
Karena koper bawaan kami sudah mulai membengkak, akibat nafsu belanja yang tidak bisa dikekang pada waktu ada di Kuching, Pataya dan Bangkok, sementara kita masih harus berhemat dengan sisa-sisa uang saku yang memang juga tidak berlebihan, maka kami memutuskan memanggil keponakan yang lagi kuliah di Kuala Lumpur untuk membantu membawa semua koper-koper kami dengan mobilnya dan selanjutnya kami memilih menggunakan Kereta Monorel yang cukup nyaman untuk menuju ke Tune Hotel di Jl. Tuanku Abdul Rahman No. 316 Kuala Lumpur. (Foto disamping ini Adhit dan Kris dan tentu saja dengan calon cucu kami diperutnya yang sangat menikmati perjalanan dengan kereta monorail)
Malam pertama di Kuala Lumpur kami lewatkan dengan nongkrong menikmati lezatnya nasi lemak disalah satu warung dipojok Jl. Tuanku Abdul Rahman sambil mendengarkan musik.

Hari Kamis tanggal 15 November 2008 yang merupakan hari kedua kami ada di Kuala Lumpur, kegiatan explorasi kita awali dengan mengunjungi Menara Kembar Petronas, sebagai bangunan tertinggi di dunia ketika itu, Menara Kembar Petronas memiliki 88 tingkat yang menjulang ke angkasa setinggi 452 meter. Hasil karya arsitektur yang bergaya menarik dan penuh kilauan ini diilhami oleh rukun islam yang lima, merupakan perhiasan kota yang sangat modern yang berada di pusat kota Kuala Lumpur. Di dalam bangunan ini terdapat gedung pertunjukkan orkes simfoni petronas, sebagai tempat para pecinta orkestra simfoni Malaysia dan tempat persembahan grup kesenian Petronas.



Selepas dari Menara Kembar Petronas, explorasi kita lanjutkan ke Suria Kuala Lumpur City Center (KLCC) salah satu pusat perdagangan paling bergengsi di Kuala Lumpur dengan design bangunan yang mewah dan berkelas serta berlogokan matahari terbit yang sesuai dengan namanya, karena hari juga sudah menjelang siang, maka acara makan siang kita lakukan di tempat ini. Selesai perut kenyang, mata sudah mulai mengantuk…. pingan rasanya kembali ke hotel untuk sedikit meluruskan badan, tapi sayang rasanya kalau siang hari ini kita lewatkan begitu saja, maka explorasi kita lanjutkan ke Pasar Sentral yang merupakan tempat paling favorit untuk membeli kerajinan tangan, lukisan dan cinderamata bagi para wisatawan local maupun manca negara. Selepas dari Pasar Sentral, explorasi ibukota Malaysia ini masih kita lanjutkan lagi dengan berjalan kaki ke Dataran Merdeka dan Gedung Sultan Abdul Samad yang didisign oleh arsitek Inggris yang bernama A.C. Norman, hasil perpaduan arsitektur Victoria dan MorĂ­sh didirikan antara tahun 1894 dan 1897, dahulu digunakan sebagai Gedung Sekretariat Pemerintahan Inggris namun sekarang dijadikan Mahkamah Agung dan Mahkamah Tinggi.


Malam harinya, kembali kita tidak melewatkan kesempatan untuk hang out di Petaling Street yang kaya akan masakan laut dan menilmati indahnya pemandangan Kuala Lumpur pada malam hari dari Look out Hill.
Hari ketiga kita ada di Kuala Lumpur, kita gunakan untuk mengunjungi Batu Caves, Dataran Tinggi Genting, menengok keluarga Bambang Sindhu Wahyudi di Damansara dan tidak lupa untuk belanja dan belanja lagi di IKEA dan IKANO. Batu Caves yang terletak sekitar 13 Kilometer dari pusat kota Kuala Lumpur dan berada di garis luar batas kota merupakan lokasi yang menarik, tempat penyelenggaraan festival tahunan Thaipusan. Festival ini sangat spektakuler karena melibatkan ribuan penganut agama Hindu. Di Batu Caves terdapat "Gua Kuil Utama" yang memiliki langit-langit setinggi kira-kira 100 meter dan dihiasi dengan perhiasan tempat suci umat Hindu. Untuk mencapai gua tersebut kita harus mendaki sebanyak 272 anak tangga, seperti yang dilakukan oleh sekitar 100.000 penganut Hindu selama festival Thaipusan. Lepas dari Batu Caves explolarasi kita lanjutkan ke Genting Highlands sejauh 51 km dari Kuala Lumpur, inilah taman bermain dilangit Malaysia yang berlokasi di Gunung Ulu Kali. Genting Highlands terletak diketinggian 2000 m diatas permukaan laut dan merupakan tempat peristirahatan yang modern. Ada dua cara untuk mencapai tempat ini, yang pertama langsung dengan kendaraan sampai di pelataran utama atau dengan menggunakan cabel car dari stasiun cabel yang ada di ......... Kelebihan dari tempat ini adalah adanya komplek perjudian, lengkap dengan casino yang terdapat didalamnya serta hotel dan diskotik.

Hari Sabtu tanggal 17 November 2008 adalah hari terakhir kami ada di Kuala Lumpur, pada hari ini kami masih mempunyai waktu setengah hari untuk melakukan explorasi sebelum sore hari nanti kami harus kembali ke Jakarta. Setelah selesai sarapan pagi di hotel, kami menuju ke Menara Kuala Lumpur di Bukit Nanas yang bisa kami capai cukup dengan berjalan kaki, menara telekomunikasi yang terbuat dari beton dan diresmikan pada bulan Agustus 1996 dengan ketinggian 421 meter ini dianggap sebagai menara tertinggi di Asia dan menara tertinggi nomer empat di dunia. Dari menara ini kita dapat menikmati pemandangan atas wilayah ibukota Kuala Lumpur dan Lembah Klang dari pelataran pemandangan dan restoran berputar di puncak menara. Menara ini juga berfungsi sebagai stasiun transmisi jaringan telekomunikasi, radio dan televisi. Explorasi terakhir kota Kuala Lumpur kita lakukan menjelang perjalanan menuju bandara (KLCCT) dengan menggunakan Monorel. Secara sengaja sewaktu kami naik dari stasiun Medan Tuangku (stasiun monorel terdekat dari Tune hotel dimana kami menginap) kami mengambil arah yang berlawanan dengan tujuan kami ke Sentral, yaitu menuju ke arah Titiwangsa dari sini kita tidak keluar lagi tetapi tetap berada didalam kereta dan ikut kembali lagi ke stasiun Medan Tuangku dan langsung lanjut menuju ke Sentral.

Dari Sentral yang ada ditengah kota Kuala Lumpur kami kembali menggunakan Sky Van untuk menuju ke Kuala Lumpur Low Cost Terminal (KLCCT) Sepang, ada sedikit waktu untuk menghabiskan Ringgit Malaysia yang masih tersisa di toko-toko bebas pajak di bandara ini sebelum kami naik ke pesawat Airasia AK 956 yang akan membawa kami pulang ke Jakarta. Berakhir sudah liburan keluarga kami kali ini, kenangan indah terukir di dalam lubuk sanubari yang paling dalam berhiaskan kesempatan untuk berjumpa dengan sanak saudara yang sedang bekerja di negeri orang…., Sampai berjumpa dalam laporan perjalanan kami yang akan datang.

Best regards : Bambang dan Lucy Setiawan.

Monday, May 12, 2008

Kuching - Bangkok - Kuala Lumpur (3)

Bagian (3)
Salam dan Sejahtera,

BANGKOK – Tepat pukul 14.45 waktu setempat, pesawat Airasia yang membawa kami dari Kuala Lumpur mendarat dengan mulus di Bandara Swarnabhumi (bandara baru yang berada sedikit agak diluar kota Bangkok yang menggantikan Bandara Don Muang, sejak beberapa tahun terakhir ini). Sekali lagi kita memang harus mengakui bahwa banyak hal yang masih harus kita lakukan dan benahi, kalau kita ingin Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta kita bisa bersaing dengan bandara internasional yang ada dinegara tetangga ini. Tidak ada bagasi dalam penerbangan kita kali ini (all cabin), jadi setelah selesai dengan urusan imigrasi, kita langsung melanjutkan perjalanan ke Pattaya, kota ditepi pantai yang masih terlihat cantik hingga saat ini.

Foto disamping ini adalah di luar areal terminal kedatangan sesaat sebelum kita meninggalkan Bandara Swarnabhumi bersama Mr. Sudusit S. (yang berbaju hijau), guide local yang cukup fasih melantunkan lagunya Peter Pann yang akan menemani kita selama kita berlibur disini. Sore hari menjelang malam kita tiba di kota Pattaya dan langsung check-in di hotel, cepat-cepat kita mandi dan setelah itu kegiatan explorasi kota Pataya kita mulai dengan menyantap hidangan khas Thailand “Tom Yang” disalah satu restaurant ditengah kota. Selepas makan malam, acara kita lanjutkan dengan menonton pertunjukkan di Alcazar Show yang semua pemainnya adalah pria yang sudah bermetamorfosa menjadi wanita.




Foto-foto tersebut diatas (kita ambil dari atas balkon) adalah sebagian dari pertunjukkan yang kita saksikan di Alcazar Show, sementara yang dibawah ini adalah kesempatan mengabadikan kehadiran kita di depan halaman gedung pertunjukkan dengan salah satu bintangnya.


Hari kedua kita di Pattaya kita lanjutkan dengan explorasi ke Nong Nooch Tropical Botanical Garden & Resort yang ada di 34/1 Moo 7 Najomtien District, Sattahip, Chonburi 20250 Thailand, suatu resort milik pribadi keluarga Nong Nooch yang dikelola secara profesional. Ada lebih dari 60 tempat/atraksi yang kita bisa saksikan di resort ini, dan sudah barang tentu memerlukan waktu lebih dari tiga hari kalau semuanya akan kita kunjungi, karena kita hanya memiliki waktu sekitar 4 jam di resort ini untuk itu kita pilih hanya 3 (tiga) saja yang terfavorit yang kita kunjungi pada desempatan kali ini, yaitu Magnificent Garden, Thai Cultural Performances dan Elephants Show, seperti terlihat pada foto-foto kita dibawah ini.


Selepas dari Nong Nooch Village kita meluncur kembali ke kota Pattaya untuk makan siang dan selanjutnya lanjut menuju Bangkok, kemacetan yang menjadi ciri khas kota Bangkok sudah mulai terasa menjelang kita masuk ke kota, mobil kita tumpangi merayap lambat terkendali dan akhirnya menjelang sore/malam kita sampai di MBK, Mall terbesar yang ada di kota Bangkok untuk berburu souvenir. Selesai makan malam baru kita check in di First Hotel yang tepat berhadapan dengan Wisma Indonesia, yang terletak di 2 Soi Somprasong 1, Petchaburi Road, Rajthevee, Bangkok 10400.

Hari ketiga yang merupakan hari terakhir kita ada di Bangkok kita manfaatkan untuk mengunjungi The Grand Palace. Komplek istana yang dibangun pada tahun 1782 ini memiliki luas 218.000 m2 dan dikelilingi oleh tembok sepanjang 1.900 meter, tidak saja sebagai kediaman raja tetapi juga sebagai pusat pemerintahan pada masa itu lengkap dengan candi budhanya. Seperti halnya di Istana Buckingham di Inggris, istana disini juga dijaga ketat oleh pasukan Thailand, tetapi seperti layaknya postur orang-orang Asia, tentara yang sedang bertugas disini posturnya juga tampak kecil-kecil, seperti terlihat pada foto kita dibawah ini.


Selepas dari Grand Palace kita meluncur kembali ke Swarnabhumi Airport untuk terbang kembali ke Kuala Lumpur, kota ketiga yang menjadi pilihan keluarga untuk liburan kali ini. Sampai disini perjumpaan kita kali ini, dan silahkan ikuti laboran perjalanan kita di Kuala Lumpur pada bagian (4).

Best regards : Bambang dan Lucy Setiawan.

Kuching - Bangkok - Kuala Lumpur (2)

Bagian (2).
Salam dan Sejahtera,

KUCHING – Ibukota propinsi Sarawak di barat laut pesisir pantai Borneo (Kalimantan), yang terkenal dengan sebutan Negeri Enggang, merupakan kota pertama yang kita pilih untuk menjadi tujuan liburan keluarga kita kali ini. Sudah banyak cerita yang kita dengar mengenai bagaimana cantik dan romantisnya kota yang terletak dipinggiran Sungai Sarawak sejauh kira-kira 32 km dari laut ini. Kota ini penuh dengan berbagai macam taman, kebun-kebun, beberapa bangunan bersejarah peninggalan kolonial, tempat-tempat perbelanjaan yang menarik serta terdapat juga masjid-masjid, gereja-gereja serta kuil-kuil Cina.

Kawasan Pinggiran Air (Waterfront) Kuching yang terletak di Jalan Gambier adalah tempat yang kita explore untuk pertama kalinya pada hari pertama liburan kita di kota Kuching, disini pemandangannya sangat indah, dan ada ciri-ciri yang sangat kuat dari kebudayaan setempat, juga terdapat stan-stan makanan di alam terbuka yang menjual beraneka macam makanan dan berbagai jenis kerajinan tangan, terdapat juga toko-toko souvenir dan pakaian. Kuching merupakan tempat yang sempurna untuk pembelian barang-barang hasil karya suku-suku asli yang terdapat di toko-toko barang antik yang berlokasi di sepanjang Bazaar Utama, Jalan Wayang dan Jalan Temple. Harga barang-barang disini relatif memang agak mahal, akan tetapi kalau kita bisa menawar kita akan mendapatkan harga yang pantas, Kalau ada waktu disarankan untuk mengunjungi Pasar Minggu yang terletak di Satok dimana biasanya barang-barang antik dijual dengan harga lebih murah.



Astana – Kediaman resmi Gubernur Sarawak, seperti nampak dalam foto tersebut diatas yang ada diseberang sungai merupakan bangunan istana yang menarik. Istana ini terdiri dari 3 bungalow utama yang dihubungkan oleh beranda-beranda yang dibangun pada tahun 1870 oleh Charles Brook sebagai hadiah kepada istri tercintanya Rance Margaret. Bangunan ini dilengkapi halaman rumput di sebelah utara pinggiran Sungai Sarawak. Panorama ini bisa dilihat dengan mudah dari Pangkalan Batu di seberang pinggiran Sungai Sarawak. Saat ini, bangunan tersebut menjadi tempat kediaman Gubernur Sarawak dan pusat kegiatan-kegiatan penting.


Kesempatan berfoto bersama di sepanjang Waterfront dengan latar belakang Sungai Sarawak yang eksotik adalah moment-moment yang tidak pernah kita lupakan, tidak lupa pula kesempatan mejeng bersama pasangan tercinta (hwakakakkk), dan katanya tidak lengkap kalau datang ke kota Kuching tapi tidak berfoto didepan patung kucing (bak pepatah mengatakan seperti sayur kurang garam) yang sangat banyak sekali bertebaran disaentero taman-taman kota. Untuk itu setiap kali kita melewati persimpangan jalan yang ada patung kucingnya, kita cepat-cepat turun dari kendaraan dan sambil menahan panas terik matahari kita mejeng sebentar menatap camera. Foto tersebut dibawah ini adalah foto kita disalah satu patung kucing yang ada di tengah kota Kuching. Explorasi selanjutnya kita lanjutkan dengan mengunjungi musium kucing yang bangunannya menjadi satu dengan Gedung Dewan Bandaraya Kuching Utara.



Hari Minggu tanggal 11 November 2007 adalah hari terakhir kita berada di Ibukota propinsi Sarawak, pagi dan siang hari ini kita manfaatkan untuk mengunjungi Pantai Damai. Pantai ini tidak ada apa2nya bila dibandingkan dengan pantai-pantai yang ada di Indonesia, namun karena ini adalah satu-satunya pantai yang ada di kota ini, ya apa boleh buat kita nikmati sajalah. Yang agak sedikit unik adalah adanya hutan yang cukup lebat yang dikelola dengan sangat Apik yang terletak disamping pantai ini, dengan rumah-rumah kayunya, seperti terlihat dalam foto berikut ini yang menjadi daya tarik utamanya (konon menurut cerita, semua kayu-kayu ini berasal dari pedalaman Kalimantan yang diambil dari hutan-hutan kita…. sungguh sangat ironis…)


Hari Senin tanggal 12 November 2007 adalah hari dimana kami sekeluarga harus mengucapkan selamat tinggal kepada keluarga Bambang Prionggo, Konsul Jenderal Indonesia di Kuching - Sarawak yang sudah menjadi tuan rumah yang sangat ramah, rendah hati dan murah hati selama kami sekeluarga berlibur di kota ini. Kami bergegas menuju Bandara Antar Bangsa Kuching untuk terbang menuju Bangkok, kota kedua yang kami pilih untuk liburan keluarga kali ini dengan transit sejenak di Bandara Sepang, Kuala Lumpur. Liburan keluarga yang sungguh sangat berkesan dan ingin rasanya pada kesempatan yang lain nanti kita kembali lagi kesini.


Foto tersebut diatas kita ambil pada hari Minggu, 11 November 2007 diteras samping Wisma Indonesia bersama keluarga Bambang Prionggo dan sesaat sebelum kita meninggalkan Wisma Indonesia pada hari Senin 12 November 2007 di depan pintu gerbang. Sampai jumpa pada cerita di bagian (3).

Best regards : Bambang dan Lucy Setiawan.